Kamis, 26 Mei 2011

PENERAPAN LAW OF ATTRACTION DENGAN MEMANFAATKAN PIKIRAN BAWAH SADAR DALAM PERSPEKTIF PSIKOANALISIS

By Nur Azizah Isnan
09 Januari 2010

PENDAHULUAN
Pada pertengahan abad ke-19, yakni pada masa awal berdirinya psikologi sebagai satu disiplin ilmu mandiri, psikologi didominasi oleh gagasan dan upaya mempelajari elemen-elemen dasar dari kehidupan mental orang dewasa normal melalui penelitian laboratorium dengan menggunakan metode introspeksi. Di tengah-tengah psikologi yang memprioritaskan penelitian atas kesadaran dan memandang kesadaran sebagai aspek utama dari kehidupan, muncul Sigmund Freud yang mengemukakan bahwa alam sadar hanyalah sebagian kecil dari kehidupan mental, sedangkan bagian terbesarnya adalah alam bawah sadar (Koswara, 1991).
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan ditemukan bahwa pikiran bawah sadar ini juga terbukti mempengaruhi Law of attraction yang sedang marak menjadi topik kajian saat ini. Hukum ini sebenarnya senantiasa mewarnai hidup manusia. Namun, tidak banyak yang menyadari adanya hukum ketertarikan yang terjadi. Umumnya orang-orang hanya mengatakan kebetulan, nasib, atau takdir. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah hasil dari pemikiran manusia itu sendiri (Losier, 2008).
Sentanu (2008), mengungkapkan bahwa pikiran tak hanya terkait pembagian otak secara fungsional, tapi juga pembagian berdasarkan aspek kesadaran. Umumnya manusia hanya memanfaatkan pikiran sadarnya yang memiliki kekuatan hanya 12 persen dari keseluruhan kekuatan pikiran. Pikiran sadar ini biasa disebut ketika seseorang sedang menggunakan “otak”-nya. Sedang 88 persen lainnya merupakan kekuatan bawah sadar yang secara umum hanya muncul dalam bentuk “perasaan”.



TEORI PIKIRAN BAWAH SADAR (UNCONSIOUS) SIGMUND FREUD
Salah satu pendekatan psikologi yang memberikan sumbangan besar dalam disiplin ilmu psikologi adalah pendekatan psikoanalisis dengan teori pikiran bawah sadar-nya (unconsious mind). Sigmund Freud (Jarvis, 2009), mengembangkan sekumpulan teori yang telah menjadi dasar-dasar pendekatan psikoanalisis untuk psikologi. Teori-teori Freud diperoleh secara klinis, yaitu berdasarkan cerita pasien kepada Freud selama terapi. Model topografi Freud membedakan antara pikiran sadar (concious mind), pikiran prasadar (preconsious mind), dan pikiran bawah sadar atau pikiran tak sadar (unconsious mind).
Sadar (concious mind) merupakan tingkat kesadaran yang berisi semua hal yang kita cermati pada saat tertentu. Hanya sebagian kecil dari kehidupan mental (pikiran, persepsi, perasaan, dan ingatan) yang masuk ke tingkat ini. Prasadar (preconsious mind) disebut juga ingatan siap (available memory), yakni tingkat kesadaran yang menjadi jembatan antara sadar dan bawah sadar. Isi preconsious berasal dari consious dan unconsious yang ketika dibutuhkan informasinya bisa dipanggil kembali. Bawah sadar (unconsious mind) merupakan bagian yang paling dalam dari struktur kesadaran dan bagian terpenting dari jiwa manusia. Kesadaran itu berisi insting, impuls, dan drives yang dibawa lahir, dan pengalaman-pengalaman traumatik (biasanya pada masa anak-anak) yang ditekan oleh kesadaran dipindah ke daerah bawah sadar (Alwisol, 2005).
Freud (2002) mengemukakan bahwa pengalaman-pengalaman traumatik merupakan gejala-gejala berasal dari proses mental bawah sadar yang pada kondisi tertentu bisa disadari. Pikiran bawah sadar dan psikoanalisis adalah sesuatu yang tak dapat dipisahkan dan merupakan sesuatu yang aktual dan bisa dilihat. Fakta tentang adanya kemungkinan menemukan makna-makna gejala neurosis melalui interpretasi analisis merupakan sebuah bukti yang tak bisa dibantah dari eksistensi proses mental bawah sadar.
Berdasarkan hasil penelitian Freud dan Breurer dalam “Studies on Hysteria” yang juga dipandang sebagai permulaan psikoanalisis mengemukakan bahwa impian dari pasiennya dapat memberikan sumber mengenai emotional material yang bermakna. Nilai-nilai yang bermakna ini kemudian ditangkap dan disimpan oleh pikiran bawah sadar. Impian ini tentunya akan memberikan dampak pada diri pasien itu sendiri, baik itu dampak positif maupun dampak negatif dalam kehidupannya. (Walgito, 2004).
PENGARUH PIKIRAN BAWAH SADAR TERHADAP LAW OF ATTRACTION
Ketika gelombang beta mendominasi otak, seseorang akan berada dalam kondisi sadar dan terjaga. Gelombang ini sangat diperlukan untuk dapat berkonsentrasi pada sesuatu. Namun, konsetrasi yang tinggi dalam rentang waktu yang lama akan membuat pikiran dan otak menjadi lelah dan dapat menyebabkan stres. Hal ini terjadi karena seluruh pikiran dan tenaga telah di arahkan pada sesuatu yang difokuskan. Oleh karena itu, dibutuhkan pikiran bawah sadar untuk membantu memproses informasi yang tidak dapat diproses oleh pikiran sadar dengan membuat gelombang otak berada pada frekuensi alfa (8 Hz-13,9 Hz) (Syam, 2008).
Pikiran sadar adalah pikiran yang menalar. Sedangkan pikiran bawah sadar menyatakan “perasaan”, yang dipercayai dan diyakini oleh pikiran sadar. Menurut Erbe Sentanu (2008) dalam bukunya Quantum Ikhlas, pikiran bawah sadar menyimpan hal-hal berikut:
1. Memory, yaitu ingatan sejak kecil sampai sekarang.
2. Self-image, yaitu citra diri.
3. Personality, yaitu kepribadian.
4. Habits, yaitu kebiasaan-kebiasaan yang dimiliki.
Keempat unsur yang tersimpan di dalam pikiran bawah sadar memberikan pengaruh yang besar terhadap kehidupan manusia. Keinginan yang kuat terhadap sesuatu tetapi tidak ditunjang dengan self-image tetap akan menghasilkan usaha yang sia-sia. Misalnya, keinginan untuk menjadi orang kaya, tetapi self-image mengatakan “Kita mah orang miskin, tidak mungkin kaya”, dan ditunjang dengan habits dan personality yang tidak bagus, seperti malas, takut rugi, khawatir dengan pandangan orang lain, dan lain sebagainya, maka kekayaan yang diinginkan tidak akan tercapai. Di sinilah letak kekuatan pikiran bawah sadar bekerja (Sentanu, 2008).
Personality yang buruk terkadang terbentuk karena informasi yang masuk ke otak manusia baik dari orang tua, lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah dan lain-lain adalah informasi yang salah. Sewaktu kecil, setiap harinya ada sekitar 40 kali kata “Jangan” dan “tidak” yang mengiringi satu kata “ya” yang didengar. Kata-kata itu kemudian akan menjadi self-talk atau ucapan sehari-hari. Kejadian-kejadian seperti ini secara tidak langsung membentuk kepribadian yang selalu ragu-ragu, tidak berani melangkah, dan takut berbuat salah. Hal ini akan tersimpan di dalam memory, kemudian secara personality akan menjadi kurang percaya diri (Sentanu, 2008).
Masa anak-anak adalah masa di mana ketika pikiran bawah sadar lebih mendominasi dibandingkan dengan pikiran sadar. Maka dari itu, mengapa masa anak-anak senantiasa tersimpan dalam ingatan. Kejadian-kejadian yang berkesan akan tersimpan di dalam long-term memory. Gambaran-gambaran yang tersimpan dalam long-term memory ini dapat di panggil kembali (recall) dan jika gambaran-gambaran yang secara sadar ini diulang terus menerus, gambaran-gambaran ini akan menjadi kebiasaan dan akan tersimpan secsra otomatis ke dalam pikiran bawah sadar.
Pikiran yang kuat (pikiran bawah sadar - 88%) akan menghasilkan gelombang-gelombang sesuai dengan apa yang dipikirkan. Law of attraction mengatakan bahwa kemiripan akan menarik kemiripan. Pikiran bersifat magnetis, frekuensi yang dipancarkan akan menarik segala hal yang berada pada frekuensi yang sama. Law of attraction menjelaskan pikiran positif menarik hal-hal yang positif pula. Sebaliknya, pikiran negatif akan menarik hal-hal yang negatif pula. Jadi, ketika seseorang memikirkan suatu pikiran, maka ia juga akan menarik pikiran-pikiran yang serupa ke dalam dirinya (Byrne, 2008).

PENERAPAN LAW OF ATTRACTION
Setiap orang dianjurkan agar dapat berpikir positif agar bisa menarik hal-hal yang serupa dengan apa yang dipikirkannya. Namun, satu hal yang juga berlaku dalam law of attraction yaitu perasaan. Menurut Sentanu (2008), Fisika kuantum menjelaskan, seluruh isi alam pada intinya adalah getaran vibrasi semata. Getaran gelombang vibrasi bertingkat dari getaran yang paling lambat sampai getaran yang paling cepat. Benda yang memiliki gelombang yang paling lambat getarannya adalah semua benda yang terjangkau oleh panca indera. Sedangkan, benda yang gelombang getarannya paling cepat adalah realitas yang tidak nampak dan hanya bisa di rasakan. Jadi, vibrasi perasaan lebih kuat dibandingkan dengan vibrasi pikiran.
Keinginan dipikirkan secara sadar secara terus menerus, otomatis akan ditekan ke pikiran bawah sadar, baik itu pikiran positif maupun pikiran negatif. Maka dari itu, manusia dianjurkan agar berpikir positif dibanding dengan berpikir negatif. Secara sadar jika pikiran-pikiran positif di anchor (dipertahankan) dengan perasaan positif (senang, tenang, dan bahagia), tanpa disadari law of attraction sedang bekerja. Pikiran disertai dengan perasaan yang positif kemudian akan mengirimkan vibrasi positif dan akan menarik hal yang serupa kembali kepada orang yang mengirim vibrasi positif tersebut.

PENUTUP
Kesimpulan
Perkembangan ilmu pengetahuan melahirkan cabang-cabang ilmu psikologi yang memberikan sumbangan besar pada penerapan ilmu-ilmu tersebut. Psikoanalisis merupakan salah satu kajian pendekatan dalam ilmu psikologi dipelopori oleh Sigmund Freud dengan teori alam bawah sadarnya. Banyak orang yang kemudian mengkaji tentang alam bawah sadar dan menemukan adanya hubungan pikiran bawah sadar dan law of attraction yang sedang marak menjadi topik kajian saat ini.
Law of attraction sebenarnya sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Bahkan setiap hari manusia menggunakan hukum ini, baik secara sadar maupun tidak. Pikiran dan perasaan manusia memiliki gelombang yang kuat untuk menarik hal-hal yang serupa dengan apa yang dipikirkan dan yang dirasakannya. Pikiran bawah sadar memiliki kekuatan 88 persen dari seluruh kekuatan pikiran. Sehingga keinginan yang tertanam dalam pikiran bawah sadar memiliki kemungkinan terwujud 88 persen pula.

Saran
Pemanfaatan law of attraction dalam kehidupan akan memberikan dampak positif jika dipergunakan dengan positif. Maka dari itu, penggunaan pikiran bawah sadar yang memiliki pengaruh besar terhadap law of attraction juga harus diperhatikan. Pikiran-pikiran negatif yang muncul sebaiknya diminimalisirkan agar tidak tertekan ke dalam pikiran alam bawah sadar yang akan memberikan dampak negatif bagi kehidupan.







DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. 2005. Psikologi Kepribadian. Malang: Universitas Muhamdiyah Malang
Byrne, R. 2008. The Secret. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Freud, Sigmund. 2002. Psikoanalisis Sigmund Freud. (Terjemahan Oleh Ira Puspitorini). Yogyakarta: Ikon Teralitera.
Jarvis, M. 2009. Teori-teori Psikologi. (Terjemahan Oleh SPA-Teamwork). Bandung: Nusa Media
Koswara, E. 1991. Teori-teori Kepribadian. Bandung: Eresco
Losier, M.J. 2008. Law of Attraction Mengungkap Rahasia Kehidupan. Jakarta: Ufuk Publishing House.
Sentanu, E. 2008. Quantum Ikhlas. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Syam, S. 2008. The Secret of Attractor Factor. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Walgito, B. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar